MAKALAH PSIKOLOGI WANITA SEBAGAI LANSIA
BAB 1
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pertumbuhan dan perkembangan
psikologi pada manusia pada umumnya terbagi ke dalam cakupan-cakupan khusus.
Yang biasanya dibagi berdasarkan umur mulai dari masa bayi, kanak-kanak,
anak-anak, remaja, dewasa, sampai kepada lansia. Dalam makalah ini pembahasan
lebih ditekankan pada perkembangan masa dewasa. Yang didalamnya akan dibahas
sub-sub kategorinya, tugas-tugas perkembangannya, dan perubahan yang minat yang
terjadi. Setiap individu adalah unik dengan bakat dan potensinya masing-masing.
Individu adalah hasil interaksi dari nature dan nurture, menjadi dengan caranya
masing-masing. Lingkungan yang bijak akan mendukung kemungkinan seseorang untuk
menjadi walau tidak mutlak menjamin.
Wanita memiliki intuisi yang lebih tajam daripada pria. Intuisi adalah
kemampuan untuk ikut merasakan segala sesuatu yang tengah dialami oleh orang lain atau merasakan suatu peristiwa di luar dirinya sebagai hasil dari satu proses yang tidak disadari, dirasakan sebagai pengalaman sendiri. Ketajaman intuisi ini bergantung pada ketajaman emosional seseorang yang didasari oleh penghayatan
batiniah, kemampuan mawas diri, dan relasi psikis dengan subjek yang
diminati.
Wanita memiliki intuisi yang lebih tajam daripada pria. Intuisi adalah
kemampuan untuk ikut merasakan segala sesuatu yang tengah dialami oleh orang lain atau merasakan suatu peristiwa di luar dirinya sebagai hasil dari satu proses yang tidak disadari, dirasakan sebagai pengalaman sendiri. Ketajaman intuisi ini bergantung pada ketajaman emosional seseorang yang didasari oleh penghayatan
batiniah, kemampuan mawas diri, dan relasi psikis dengan subjek yang
diminati.
Yang dapat memupuk perkembangan
fungsi-fungsi individu (kognitif, emosi, sosial, psikologis, fisik, moral)
adalah waktu dan usaha belajar dari yang bersangkutan.
Pada setiap proses perkembangan terdapat perpaduan antara dorongan
mengembangkan diri dan mempertahankan diri yang akan menjadikan
seseorang semakin matang dan penghayatan hidup yang semakin
mendalam.
B. Rumusan Masalah
Pada setiap proses perkembangan terdapat perpaduan antara dorongan
mengembangkan diri dan mempertahankan diri yang akan menjadikan
seseorang semakin matang dan penghayatan hidup yang semakin
mendalam.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana periode klimakterium atau menopause?
2. Bagaimana perilaku pada periode klimakterium?
3. Bagaimana kondisi psikis wanita setengah baya?
C. Tujuan
1. Untuk memahami periode klimakterium atau
menopause
2. Untuk mengetahui perilaku pada periode
klimakterium
3. Untuk memenuhi tugas mata kuliah psikologi
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.Periode Menopause/ Klimakterium Dan Tanda-Tandanya
Sehubungan dengan
faktor usia, kapasitas untuk reproduksi yang berlangsung selama menstruasi atau
haid pertama itu masih terus berlangsung selama menstruasi atau haid pertama
itu masih terus berlangsung secara teratur. Dengan berhentinya fungsi ini akan
berkahir pula fungsi pelayanan, pengabdian, dan pengekalan species manusia.
Sebab dengan berakhirnya haid, proses ovulasi atau pembuahan sel telur juga
jadi terhenti oleh karenanya. Lalu segenap aparat kelenjar mengalami hambatan
dan pengurangan aktivitasnya. Ditambah lagi, organ kelamin turut mengalami
proses atrofi, yaitu menjadi lisut dan mundur fungsinya. Akhirnya, segenap
bagian pada tubuh secara lambat laun menampakkan gejala-gejala ketuaan. Fase
sedemikian ini pada diri wanita disebut sebagai menopause.
(menopause, men = bulan,
pause = pausa, pausis, pauoo= periode atau tanda berhenti, menopause=
berhentinya secara definitif menstruasi)
Fase menopause
disebut pula sebagai periode klimakterium (climacter = tahun perubahan,
pergantian tahun yang berbahaya). Pada saat inilah terjadi banyak perubahan
dalam fungsi-fungsi psikis dan fisik., sedang vitalitasnnya jadi semakin mundur
dan berkurang. Periode klimakterium ini disebut pula sebagai : periode kritis.
Sebabnya ialah : perubahan-perubahan dalam sistem hormonal itu mempengaruhi
segenap konstitusi psikosomatis (rohani dan jasmani), sehingga berlangsungnya
proses kemunduran yang progresif dan total. Oleh banyaknya perubahan dan
kemunduran tersebut terjadilah kemudian krisis-krisis dalam kehidupan psikis
pribadi yang bersangkutan.
Menopause merupakan suatu gejala dalam
kehidupan wanita yang ditandai dengan berhentinya siklus menstruasi. Menopause
adalah fase alami dalam kehidupan setiap wanita yang menandai berakhirnya masa
subur. Menopause seperti halnya menarche dan kehamilan dianggap sebagai
peristiwa yang sangat berarti bagi kehidupan wanita. Menarche pada remaja
wanita, menunjukkan mulai diproduksinya hormon estrogen, sedang menopause
terjadi karena ovarium tidak menghasilkan atau tidak memproduksi hormon
estrogen.
Sejalan dengan proses ketuaan yang pasti
dialami setiap orang, terjadi pula kemunduran fungsi organ-organ tubuh termasuk
salah satu organ reproduksi wanita, yaitu ovarium. Terganggunya fungsi ovarium
menyebabkan berkurangnya produksi hormon estrogen, dan ini akan menimbulkan
beberapa penurunan atau gangguan pada aspek fisik-biologis – seksual. Pada
sebagian wanita, munculnya gejala atau gangguan fisik sebagai akibat dari
berhentinya produksi hormon estrogen, juga akan berpengaruh pada kondisi
psikologis, dan sosialnya.
Pada umumnya, klimakterium
ini di awali dengan satu fase pendahuluan atau fase preliminer, yang menandai
suatu proses “pengakhiran”. Maka
muncullah kemudian tanda-tanda antara lain;
1. Menstruasi menjadi tidak lancar dan tidak teratur, biasanya datang dalam
interval waktu yang lebih lambat atau lebih awal dari biasanya.
2. “ Kotoran” haid yang keluar banyak sekali, ataupun
sangat sedikit.
3. Muncul gangguan-gangguan vasomotoris berupa
penyempitan atau pelebaran pada pembuluh-pembuluh darah
4. Merasa pusing-pusing saja, disertai sakit kepala
terus-menerus
5. Berkeringat tidak hentinya.
6. Neuralgia atau gangguan/ sakit syaraf, dan lain-lain
Semua keluhan ini
disebut fenomena klimakteris, sebagai akibat dari timbulnya modifikasi atau
perubahan fungsi kelenjar-kelenjar. Sehubungan dengan perubahan-perubahan fisik
tersebut, terjadi pula “pergeseran” atau erosi dalam kehidupan psikis pribadi
yang bersangkutan. Pergeseran dan perubahan-perubahan psikis ini mengakibatkan
timbulnya satu krisis, dan memanifestasikan diri dalam simptom-simptom
psikologis, antara lain ialah :
Depresi-depresi
(kemurungan), mudah tersinggung dan mudah jadi marah, mudah curiga, diliputi
banyak kecemasan, insomnia atau tidak bisa tidur karena sangat bingung atau
gelisah, dan lain-lain. Simptom-simptom
psikologis klimakterium ini dapat di anggap sebagai “jeritan minta tolong”,
agar wanita tersebut masih di perbolehkan meneruskan aktivitasnya. Proses yang
progresif menuju pada kelayuan dan ketuaan itu selalu dibarengi denagn penaampakkan
yang regresif (mundur atau surut fungsi-fungsi jasmaniah dan rohaniah).
Klimakterium itu sendiri dapat kita bagi
menjadi dua tahapan, yaitu :
a. Tahun-tahun dimana saat haid/ menstruasi sudah
tidak teratur, sering terganggu, atau sudah tehenti sama sekali. Namun
demikian, aparat endokrin seksual masih terus berfungsi. Periode ini disebut
sebagai masa pra-klimakteris
b. Tahap kedua menampilkan gejala keberhentian
secara definitif organisme yang membentuk sel-sel telur, yaitu berhentinya
organisme tersebut sebagai lembaga kehidupan.
Tahap pertama yang disebut sebagai masa
pra-klimakteris biasanya dibarengi dengan meningkatnya aktivitas-aktivitas pra
klimakteris, yang ditandai oleh gejala meningkatnya rangsangan seksual. Pada
masa ini ada timbul nafsu yang besar untuk melakukan hubungan seksual.
Sekaligus muncul kegairahan berjuang yang menyala-nyala bagaikan di masa puber.
Oleh karena itu pada usia ini sering muncul tingkah laku yang aneh-aneh dan
kurang mapan, bahkan timbul tingkah laku yang tidak sesuai dengan atribut
ketuaan.
Penurunan kadar estrogen, menyebabkan periode
menstruasi yang tidak teratur, dan ini dapat dijadikan petunjuk terjadinya
menopause. Ada tiga periode menopause, yaitu:
1. Klimakterium, yaitu merupakan masa peralihaan
anatara masa reproduksi dan masa senium. Biasanya periode ini disebut juga
dengan pramenopause.
Masa Klimakterium
Fase klimakterium adalah masa peralihan yang dilalui seorang wanita dari
periode reproduktif ke periode non reproduktif. Tanda, gejala atau keluhan yang
kemudian timbul sebagai akibat dari masa peralihan ini disebut tanda atau
gejala menopouse. Periode ini dapat berlangsung antara 5 sebelum dan sesudah
menopause. Pada fase ini fungsi reproduksi wanita menurun.
Fase klimakterium berlangsung bertahap sebagai
berikut :
a. Sebelum menopause adalah Masa sebelum
berlangsungnya saat menopouse, yaitu fungsi reproduksinya mulai menurun, sampai
timbulnya keluhan atau tanda-tanda menopouse.
b. Saat menopause adalah Periode dengan keluhan
memuncak, rentangan 1-2 tahun sebelum dan 1-tahun sesudah menopouse. Masa
wanita mengalami akhir dari datangnya haid sampai berhenti sama sekali. Pada
masa ini menopouse masih berlangsung.
c. Setelah menopause adalah Masa setelah
perimenopouse sampai munculnya perubahan-perubahan patologic secara permanen
disertai dengan kondisi memburuknya kondisi badan pada usia lanjut (Senilitas).
(Kasdu, 2002 : 67).
2. Menopause, adalah saat haid terakhir, dan bila
sesudah manopause disebut pasca menopause.
3. Senium, adalah periode sesudah pasca menopause,
yaitu ketika individu telah mampu menyesuaikan dengan kondisinya, sehingga
tidak mengalami gangguan fisik
Masa klimkateris
ini mirip sekali dengan masa pra pubertas. Oleh karena itu masa ini disebut
pula sebagai pubertas kedua. Sedang periiode klimakterium sendiri banyak
kemiripannya dengan periode pubertas. Tingkah laku orang pada periode pubertas
kedua ini sifatnya sering lucu-lucu, aneh-aneh, janggal, dan tidak pada
tempatnya. Misalnya, pada umur lebih dari limapuluh tahun, seorang wanita kaya
dan gemuk memakai rok panjang mewah berwarna merah jambu di siangg bolong,
menyusuri lorong kompleks pertokoan, sambil memakai perhiasan emas yang
berwaarna-warni. Tampaknya saja tingkah laku wanita yang “berlebih-lebihan”
tersebut bermaksud untuk :
- Mengingkari ketuaannya, dan ingin mengulangi kembali pla kebiasaan di masa muda.
- Menimbuni dirinya dengan pakaian dan perhiasan warna-warni serta macam-macam bahan kosmetik, agar kelihatan masih “remaja”.
Sekalipun tingkah
laku wanita-wanita setengah tua ini kadang-kadang kelihatan komis lucu, namun
biasanya kebiasaan tersebut mengakibatkan akibat-akibat yang cukup tragis. Maka
oleh manifestasi yang janggal dan aneh-aneh itu, klimakterium disebut pula
sebagai “usia berbahaya”(the dangerous age).
Dengan berhentinya
aktivias indung telur, maka sistem endokrin (kelenjar atnpa pembuluh-bunga)
menjadi kacau balau fungsinya, sehingga mengakibatkan kekecauan pula pada
fungsi-fungsi organis dan fingsi psikis lainnya. Namun demikian, manifestasi
individual periode klimakterium tetrsebut sebgaian besar dipengaruhi oleh
kepribadian masing-masing individu. Sabab struktur kepribadian yang
terintegrasi dengan baik, akan mempengaruhi secara positif proses
gangguan-gangguan kelenjar. Artinya
sebagai berikut:
- Kepribadian tadi bisa mengkompensasikan gangguan-gangguan fisiologis dan gangguan-gangguan fisiologis dan gangguan psikis dalam bentuk perbuatan-perbuatan yang intelligen.
- Ini berarti, bahwa individu tersebut mampu mengendalikan diri, dan mampu mnegatasi gangguan-gangguan psikosomatis jika hal ini muncul, dengan jalan menyalurkan keresahan batinnya pada perbuatan-perbuatan yang intelligent, produktif atau kreatif.
Dengan terjadinya proses retrogresi genital
(retro=surut, susut, gressus= langkah, genital= alat kelamin penghasil), maka
aktivitas pencipta keindahan dari sekresi-sekresi kelenjar intern yang membuat
wanita tampak ayu remaja dan awet muda, menjadi semakin mundur fungsinya.
Sehingga ciri-ciri kelamin sekunder jadi terpengaruh. Juga ciri-ciri feminitas
yang memekar, serta semua unsur keindahan yang diperoleh selama masa puber,
sedikit demi sedikit menjadi pudar. Dan pada akhirnya akan punah habis sama
sekali, lalu pribadinya tampak tua dan layu.
Secara
perlahan-laham proses pra klimakterium berubah menjadi klimakterium sebenarnya.
Selaput lendir di dalam rahim tidak berproduksi lagi. Untuk beberapa waktu
lamanya memang masih terbentuk benih- telur, akan tetapi benih ini tidak pernah
mencapai kematangan. Dan dalam waktu relatif pendek (tapi kadang-kadang juga
bisa agak lama, biasanya ssesudah beberapa tahun), semua tanda-tanda genetis
dan smeua sel-sel kelamin jadi hilang sama sekali, seolah-olah tanda-tanda
tersebut tidak pernah ada sebelumnya. Dan indung telur kini berubah menjadi
satu gumpalan jaringan yang keras massif. Lalu sedikit demi sedikit alat
kelamin wanita itu ditramnsformasikan seluruhnya menjadi struktur yang tidak
aktif, tidak berguna lagi, atau dianggap berlebihan.
Perubahan-perubahan
yang sama beruapa kemunduran-kemunduran, juga terjadi pada aktivitas
organ-organ endokrin lainnya. Lapisan lemak di bawah kulit jadi menebal dan
kulit-kulit kehilangan gaya tegangnya, serta menjadi lisut berkeriputan. Tidak
hanya pada segi organik dan jasmaniah saja terjadi kemunduran, akan tetapi juga
pada segi psikis dan sifat-sifat kepribadiannya. Kualitas-kualitas feminin yang
individual sifatnya, kecantikan dan charme, vitalitas, daya ingatan, daya
pendengaran, daya berpikir dan fungsi-fungsi psikis lainnya, semuanya juga
mengalami proses kemunduran yang progresif. Semua kemekaran dan ciri-cirii
keindahan feminin yang diperoleh pada usia puber dan usia muda., mulai susut
dan menghilang sedikit demi sedikit. Pendek kata, dengan terjadinya dekadensi
atau kemunduran fungsi reproduktif, mulai hilang pula kecantikan dirinya.
Biasanya hilang pula kehidupan emosional feminin yang hangat mesra.
2.2.Perilaku yang aneh pada periode kelimakterium
Oleh karena
sel-sel indung telur sudah tidak diprodusir lagi, maka semua proses organik
untuk pengabdian dan pengawetan spesies manusia menjadi tterhenti pula. Dan
berakhirlah keberadaannya (eksistensi dirinya) sebagai pendungkung kehidupan
baru. Sampailah wanita itu pada batas akhir yang alamiah yaitu kematian parsiil
sebagai pengabdi pada spesiesnya. Sehubungan dengan hal ini, mulailah ia sibuk
bergulat melawan proses dekadensi atau kemunduran, melawan usia tua.
Satu tipe
wanita-wanita klimakteris ada yang memperlihatkan aktivitas hypomanis semu.
Wanita tersebut merasakan seolah-olah vitalitas hidupnya jadi bertambah. Jika
ia dahulu menghindari pengalamn-pengalaman yang menggunakan kekerasan atau
kesembronoan, maka sekarang ini seakan-akan ia dikejar-kejar oleh nafsu untuk
menyerempet-nyerempet bahaya, guna memperkaya pengalaman hidupnya. Ia merasa
muda bagaikan gadis remaja dan selalu meyakinkan diri sendiri bahwa ia
berambisi atau mampu memulai kehidupannya dari awal lagi.
Ia mulai membuat
catatan-catatan harian, ingin melakukan perjalanan jauh, dan menjalin
kisah-kisah hidup baru. Dia menjadi sangat enthusiast tentang ide-ide dan paham
politik tertentu. Ia mengubah sikapnya terhadap keluarga sendiri, dan
seringkali meninggalkan rumah dengan alasan-alasan yang sama seperti alasan
gadis-gadis puber. Dengan enthusiasme yang menyala-nyala, bahkan sering
melebihi anak-anaknya sendiri, wanita klimakteris tersebut menjadi sangat
tertarik pada ideologi-ideologi politik tertentu.
Pada usia 50 tahun
itu, ia sama sekali tidak bersedia meninggalkan segala macam kegiatan. Dengan
semangat yang berkobar-kobar ia berusaha meneruskan perjuangannya melawan
proses ketuaan dan proses biologis dari feminitasnya dengan jalan “berlindung”
di balik macam-macam kegiatan psikis. Ia merasa senang dan bangga bahwa ia
mendapatkan kemajauan-kemajuan dalam mencobakan potensinya sebagai wanita.
Sebab, ibunya sendiri, menurut anggapan wanita tadi, sudah menjadi nenek-nenek
tua yang loyo pada usia yang sama dengan dirinya sekarang. Maka oleh kegiatan
yang berkobar-kobar dari para wanita usia klimakteris ini, ada kalanya
kegiatan-kegiatan kaum pria menjadi sedikit tersisih.
Mode-mode paling
baru, alat-alat kosmetik yang mahal-mahal dan kekayaan yang cukup, rupa-rupanya
banyak mendorong wanita-wanita usia setengah tua ini bertingkah laku bagaikan
anak puber. Delusi diri (gambaran kegila-gilaan, kecohan diri, tipuan diri
sendiri) yang narsistis seakan-akan menampilkan “keremajaan wajahnya” pada
cermin kaca. Maka sikap memberontak terhadap proses ketuaan tadi membuat
dirinya jadi naif, dan menjadikan dirinya lupa daratan, melupakan
pengalaman-pengalaman positif dimasa lalu yang membuat ia jadi bijaksana.
Ada pula
wanita-wanita usia ini yang di kala mudanya menunjukkan tingkah laku halus dan
terhormat, kini mulai bergaul dengan dan mengumpulkan anak-anak muda serta kaum
pria yang jauh lebih inferior daripada dirinya. Lalu ia berilusi bahwa dirinya
dikagumi dan dicintai oleh banyak pria muda. Pada zaman sekarang, kerap klai
kita menjumpai wanita semacam ini yang dikenal sebagai tante-tante girang atau
nenek-nenek lincah.
Bagaikan gadis
puber, wanita klimakteris tersebut membuat tentang kemampuan dan
kepribadiannya. Maka sesudah 25-30 tahun perkawinannya yang sukses dan bahagia,
kini ia dijangkiti pikiran aneh-aneh, yaitu ilusi, apakah suaminya cukup
berharga bagi dirinya? Dan apakah perkawinannya sekarang ini bukannya merupakan
tindak salah langkah.
Kadangkala, ada
wanita setengah baya yang secraa sentimentil banyak melamun tentang masa-masa
mudanya. Mereka ingin mengulang kembali pengalaman-pengalaman lama, dengan
menjalin hubungan cinta mesra baru, atau mencari pengalaman baru yang belum
pernah dialaminya pada masa lalu. Ia menjalin persahabatan dengan pria-pria
muda yang dubious dan mencurigakan sifatnya, yang cuma tertarik pada harta
kekayaannya bagaikan tertarik pada cahaya lampu di malam hari kenalan-kenalan
lama yang terhormat (respectable) dari kalangan atas dan kelas menengah,
dimatanya kini tampak menjemukan, dan tidak berharga lagi baginya . dia
menunjukkan minat besar terhadap wanita-wanita pelacur dan wanita-wanita yang
mempunyai reputasi buruk. Ia jadi iri terhadap “kebahagiaan serta kekayaan
pengalaman” para wanita reputasi buruk tadi.
Bahkan ada pula
wanita-wanita setengah umur yang tergoda ikut-ikutan melakukan perbuatan yang
kurang terhormat, misalnya melakukan relasi seks bebas, dengan alasan yang sama
seperti motif-motif gadis prapuber atau pubertas yang tengah salah
langkah.Biasanya faktor sugestibilitas para wanita setenngah umur ini menjadi
makin besar, karena nalar pertimbangannya menjadi semakin berkurang. Ia
mengira, bahwa gairah keremajaannya masih tetap membara seperti pada usia
puber. Oleh karena itu, wanita-wanita semacam ini sering tertipu, dan menjadi
“makanan empuk” bagi para penasehat dan konsultan-konsultan yang jahat.
2.3.Kondisi Psikis Wanita Setengah Baya
Relasi
persahabatan wanita-wanita klimakteris ini sering kali juga mengalami
perubahan. Persahabatan yang dahulunya bersifat loyal dan harmonis, menjadi
retak berantakan oleh rasa iri hati, keemasan ketakutan, serta panik tanpa
sebab-sebab yang jelas. Wanita- wanita ini jadi cerewet, menjadi sangat gila,
suka mencari setori, dan mengguagah pertengkaran dimana-mana. Relasi sosialnya
menjadi patologis sifatnya. Ada kalanya terjadi ledakan-ledakan emosional yang
paranoid, sebagai produk dari semakin intensifnya konflik-konflik batin/ psikis
pada periode klimaktteris.
Baik di masa
pubertas maupun pada periode klimakteris. Selama dua periode ini anak gadis dan
wanita setengah baya tadi berusaha mengkonstruksikan “dunia masa sekarang” atau
das Sein. Namun jika gadis puber mengarahkan pandangannya pada masa depan, maka
wanta setengah tua itu justru menengokkan pandangannya pada masa lampau dengan
rasa-rasa kerinduan (nostalgia).
Pada anak-anak
gadis yang mempunyai predisposisi neurotisobsesif, gejala-gejala ini segera
lenyap, kemudian digantikan dengan tendens maskulinitas yang kuat dan proses
intelektualisasi. Pada umumnya mereka bersifat sangat maskulin,
kejantan-jantanan, sangat ambisius, sangat intelek, namun miskin kehidupan
emosionalnya.
Selama periode
produktif sampai masa klimakteris, maskulinitas wanita tersebut dengan sukses
tersublimasikan dan pribadinya tidak menampilkan gejala-gejala neuortis. Akan
tetapi pada periode klimakteris, tendens-tendens feminitaas yang selalu ditekan
kuat-kuat dan biasanya sukses, kini mulai menampilkan “haknya”. Lalu terjadilah
konflik-konflik batin di antara tendens feminitas melawan keenderungan-kecenderungan
hypermaskulin. Jika pertentangan di antara dua tendens itu pada usia pubertas
dengan sukses bisa disublimasikan, atau bisa diselesaikan dengan baik, maka
biasanya pada usia setengah tua itu wanita tersebut justru gagal dalam perjuangan
psikis tersebut., lalu jatuh sakit karena ia tidak memiliki daya tahan,
sedangkan kondisi fisik dan psikis sudah menjadi lemah. Jelasnya, ia tidak
mampu menerima dengan hati yang pasrah. Sifat-sifat femininnya yang sejati yang
kini muncul secara spontan.
Hampir semua
wanita usia klimakteris mengalami dalam tempo yang relatif pendek atau relatif
panjang suasana hati depresif dan melankolis. Sebab utamanya adalah:
1. Karena ia ingin mengingkari dan memproses
proses biollogis mengarah pada ketuaan
2. Ia terlampau melebih-lebihkan keadaan dirinya,
serta terlalu menganggap dramatis proses ketuaannya.
3. Kemunduran jasmaniah itu dirasakan sebagai
kemungkinan dan mendekatnya kematian juga sebagai tidak ada gunanya lagi untuk
terus hidup.
4. Hidupnya kini dianggap tidak mengandung
harapan, penuh kepedihan dan pribadinya dilupakan oleh semua orang.
Banyaknya rasa depresi pada usia menjelang tua
ini memang berkaitan dengan kepahitan dan kepedihan hati, karena wanita yang
bersangkutan merasa kehilangan “dunia remaja” indah yang sudah lampau. Dan
seperti depresi anak gadis puber yang kadang kala diselingi dengan
perasan-perasaan extatis (gelora semangat yang menyala-nyala), demikian pula
kondisi-kondisi depresif wanita setengah baya ini kerap kali diselingi dengan
cinta birahi dan kegairahan hati, bagaikan kelip gemerlapnya cahaya pelita yang
hampir redup kehabisan minyak. Maka kondisi “ senja hari” pada wanita setengah
umur ini masih memberikan berkas-berkas pancanaran sinar-sinar indah dalam
ketidaksadarannya. Devaluasi (adanya kemunduran nilai dan kerusakan) pada
organ-organ vital, mengakibatkan munculnya perasaan destruksi atau kerusakan
pada fungsinya. Kemudian mengakibatkan perubahan-perubahan berupa kemunduran
pada kemampuan psikisnya.
Dengan sendirinya, kondisi psikis wanita
setengah umur ini juga sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan sosialnya di
masa lampau. Wanita-wanita feminin yang selalu hidup dalam suasana harmonis,
ekonomis berkecukupan, bahagia dan selalu mendapatkan kepuasan seksual, pasti
bisa menghayati badai-badai terakhir dalam kehidupannya dengan rasa tenang,
bagaikan berlayar dalam sebuah perahu di teluk yang teduh. Maka banyak pasangan
tua yang ingin mengalami lagi bulan-bulan madu kedua pada usia sudah lanjut
ini.
Wanita-wanita yang mempunyai masa lampau penuh
kenangan cinta indah dan bahagia, kewanitaan dan kecantikannya akan tetap awet
bertahan lama. Tampaknya, faktor cinta itu merupakan resep bagi rahasia
kecantikan dan keremajannya. Wanita-wanita yang sangat erotis feminin dan
berpengalaman dalam hal cinta, akan menerima dengan rasa tenang dan penuh
kemartabatan diri segala nasib serta proses ketuaannya. Berbeda sekali dengan
reaksi seorang perawan tua yang banayk mengalami frustasi, dan selalu merasa
tertipu di masa mudanya. Maka dalam periode istirahat di masa tua ini, banyak
wanita setengah umur merasakan nostalgia (kerinduan) pada masa-masa mudanya
yang cemerlang, lalu mencoba menjalin dunia fantasi pribadi dalam lamunan di
hari-hari tuanya.
Wanita-wanita cantik yang narsisitis, yang
menganggap kecantikan wajahdan tubuhnya sebagai pusat dari eksistensinya, dan
mempunyai harga diri serta cinta diri yang besar, biasanya mencoba
mengkompensasikan ketuaannya dengan suatu pekerjaan atau profesi. Dia berusaha
membuat dirinya tetap berguna dan tetap penting sambil mencoba melupakan bahwa
kini ia mulai jadi tua. Sebab proses ketuaan tersebut benar-benar menyinggung
perasaan narsismenya.
Sebenarnya, reaksi-reaksi psikis wanita pada
usia klimakteris itu sangat bergantung pada pandangan hidup atau
lebensanschauungnya dan terhadap eksistensi diri sendiri. Jika ia tidak bisa
menemukan harmoni dan keseimbangan maka terjadilah trauma biologis dan trauma
psikis. Terjadi pula perasaan degradasi diri, disertai tingkah laku yang
aneh-aneh. Dengan demikian psikoterapi yang diterapkan pada usia klimakterium
ini menjadi sulit sebab:
a.
Orang
tidak bisa berbuat sesuatupun untuk mencegah proses ketuaan yang progresif,
sebab proses ketuaan itu merupakan proses biologis yang alami.
b.
Biasanya
orang tidak bisa berbuat banyak untuk menciptkan pengganti bagi penugasan
fantasi-fantasi pada usia klimakteris ini. Kegiatan berfantasi itu tidak bisa
dicegah.
Pada masa setengah
baya wanita mengalami kecemasan menghadapi menopause.
1. Pengertian kecemasan menghadapi menopause
a. Pengertian kecemasan.
a. Pengertian kecemasan.
Salah satu gejala yang dialami oleh semua orang dalam hidup adalah kecemasan.
Menjadi cemas pada tingkat tertentu dapat dianggap sebagai bagian dari respon normal untuk mengatasi masalah sehari-hari. Bagaimanapun juga bila kecemasan ini berlebihan dan tidak sebanding dengan suatu situasi, hal itu dianggap sebagai hambatan dan dikenal sebagai masalah klinis.
-Menurut Bryne (1966),
Menjadi cemas pada tingkat tertentu dapat dianggap sebagai bagian dari respon normal untuk mengatasi masalah sehari-hari. Bagaimanapun juga bila kecemasan ini berlebihan dan tidak sebanding dengan suatu situasi, hal itu dianggap sebagai hambatan dan dikenal sebagai masalah klinis.
-Menurut Bryne (1966),
bahwa kecemasan adalah suatu perasaan yang dialami individu, sepertiapabila
ia mengalami ketakutan. Pada kecemasan
perasaan ini bersifat kabur, tidak realistis atau tidak jelas obyeknya sedangkan
pada ketakutan obyeknya jelas.
-Menurut Hurlock (1990),
perasaan ini bersifat kabur, tidak realistis atau tidak jelas obyeknya sedangkan
pada ketakutan obyeknya jelas.
-Menurut Hurlock (1990),
kecemasan adalah bentuk perasaan khawatir,
gelisah dan perasaan-perasaan lain yang kurang menyenangkan. Biasanya
perasaan-perasaan ini disertai oleh rasa kurang percaya diri, tidak mampu, merasa rendah diri, dan tidak mampu menghadapi suatu masalah.
-Menurut Kartono (1997),
gelisah dan perasaan-perasaan lain yang kurang menyenangkan. Biasanya
perasaan-perasaan ini disertai oleh rasa kurang percaya diri, tidak mampu, merasa rendah diri, dan tidak mampu menghadapi suatu masalah.
-Menurut Kartono (1997),
ketidakberanian individu dalam menghadapi
suatu masalah dan ditambah dengan adanya kerisauan terhadap hal-hal yang tidak jelas merupakan tanda-tanda kecemasan pada individu.
-Pendapat ahli lain Havary (1997), berpendapat bahwa kecemasan
merupakan reaksi psikis terhadap kondisi mental individu yang tertekan. Apabila
orang menyadari bahwa hal-hal yang tidak bisa berjalan dengan baik pada situasi
tertentu akan berakhir tidak enak maka mereka akan cemas. Kondisi-kondisi atau
situasi yang menekan akan memunculkan kecemasan.
-Dari uraian di atas diambil suatu kesimpulan bahwa kecemasan adalah
suatu kondisi psikologis individu yang berupa ketegangan, kegelisahan,
kekhawatiran sebagai reaksi terhadap adanya sesuatu yang bersifat mengancam.
b. Pengertian kecemasan menghadapi menopause. Burn (1988), bahwa
kebanyakan wanita menopause sering mengalami depresi dan kecemasan dimana
kecemasan yang muncul dapat menimbulkan insomnia atau tidak bisa tidur.
Setiap orang mempunyai keyakinan dan harapan yang berbeda-beda.
Karena perbedaan itu maka tidak ada dua orang yang akan memberikan reaksi
yang sama, meskipun tampaknya mereka seakan-akan bereaksi dengan cara yang
sama. Situasi yang membuat cemas adalah situasi yang mengandung masalah
tertentu yang akan memicu rasa cemas dalam diri seseorang dan tidak terjadi pada
orang lain. (Tallis, 1995)
Kartono (1992), mengemukakan perubahan-perubahan psikis yang terjadi
pada masa menopause akan menimbulkan sikap yang berbeda-beda antara lain
yaitu adanya suatu krisis yang dimanifestasikan dalam simtom-simtom psikologis
seperti: depresi, mudah tersinggung, dan mudah menjadi marah, dan diliputi
banyak kecemasan.
Adanya perubahan fisik yang terjadi sehubungan dengan menopause
mengandung arti yang lebih mendalam bagi kehidupan wanita. Berhentinya siklus
menstruasi dirasakan sebagai hilangnya sifat inti kewanitaannya karena sudah
tidak dapat melahirkan anak lagi. Akibat lebih jauh adalah timbulnya perasaan tak
berharga, tidak berarti dalam hidup sehingga muncul rasa khawatir akan adanya
kemungkinan bahwa orang-orang yang dicintainya berpaling dan
meningggalkannya. Perasaan itulah yang seringkali dirasakan wanita pada masa
menopause, sehingga sering menimbulkan kecemasan. (Muhammad,1981)
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kecemasan
menghadapi menopause adalah perasaan gelisah, khawatir dari adanya perubahanperubahan
fisik, sosial maupun seksual sehubungan dengan menopause.
2. Faktor penyebab kecemasan menghadapi menopause
Sebuah permasalahan yang muncul pasti ada yang melatarbelakanginya,
sehingga permasalahan itu timbul demikian juga kecemasan yang dialami oleh
seseorang, ada penyebab yang melatarbelakanginya.
Menurut Kartono (2000), kecemasan disebabkan oleh dorongan-dorongan
seksual yang tidak mendapatkan kepuasan dan terhambat, sehingga
mengakibatkan banyak konflik batin.
Menurut Hartoyo (2004), bahwa stressor pencetus kecemasan dapat
dikelompokkan menjadi dua yaitu:
a. Ancaman terhadap integritas fisik, meliputi ketidakmampuan fisiologis yang
akan datang atau menurunnya kapasitas untuk melakukan aktivitas hidup
sehari-hari.
b. Ancaman terhadap system diri, dapat membahayakan identitas, harga diri,
dan fungsi integritas sosial. Faktor internal dan eksternal dapat mengancam
harga diri. Faktor eksternal meliputi kehilangan nilai diri akibat kematian,
cerai, atau perubahan jabatan. Faktor internal meliputi kesulitan interpersonal
di rumah atau tempat kerja.
-Menurut Carpenito (1998), ada beberapa faktor yang berhubungan dengan
munculnya kecemasan yaitu :
a. Patofisiologis, yaitu setiap faktor yang berhubungan dengan kebutuhan dasar
manusia akan makanan, air, kenyamanan dan keamanan.
b. Situasional (orang dan lingkungan)
Berhubungan dengan ancaman konsep diri terhadap perubahan status, adanya
kegagalan, kehilangan benda yang dimiliki, dan kurang penghargaan dari orang
lain.
a). Berhubungan dengan kehilangan orang terdekat karena kematian,
perceraian, tekanan budaya, perpindahan, dan adanya perpisahan
sementara atau permanen.
b). Berhubungan dengan ancaman intergritas biologis : yaitu penyakit, terkena
penyakit mendadak, sekarat, dan penanganan-penanganan medis terhadap
sakit.
c). Berhungan dengan perubahan dalam lingkungannya misalnya :
pencemaran lingkungan, pensiun, dan bahaya terhadap keamanan.
d). Berhubungan dengan perubahan status sosial ekonomi, misalnya
pengangguran, pekerjaan baru, dan promosi jabatan.
e). Berhubungan dengan kecemasan orang lain terhadap individu.
Freud (dalam Hall, 1980), faktor yang mempengaruhi kecemasan adalah
lingkungan disekitar individu.dan menurut Priest (1987), bahwa sumber umum
dari kecemasan adalah pergaulan, usia yang bertambah, keguncangan rumah
tangga, dan adanya problem. Selain itu kecemasan juga ditimbulkan karena tidak
terpenuhinya kebutuhan seksual, atau frustasi karena tidak tercapainya apa yang
diingini baik material maupun sosial.
Menurut Tallis (1995), bahwa penyebab individu cemas adalah masalah
yang tidak bisa terselesaikan. Contoh masalah yang tidak dapat terselesaikan
adalah penuaan dan kematian. Menurut Dimyati (1990), mengatakan bahwa
kecemasan disebabkan oleh adanya keinginan-keinginan, kebutuhan, dan hal-hal
yang tidak disetujui oleh orang-orang disekitar, selain itu rangsangan emosi
merupakan reaksi terhadap kekecewaan terhadap frustasi. Sedangkan menurut
Freud (dalam Dimyati, 1990), bahwa penyebab kecemasan pada individu adalah
motif sosial dan motif seksual.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang
menyebabkan kecemasan menghadapi menopause adalah masalah yang tidak
terselesaikan, kekhawatiran terhadap sesuatu yang belum terjadi, adanya motif
sosial dan motif seksual.
3. Gejala-gejala kecemasan menghadapi menopause
Setiap individu pasti pernah merasakan perasaan tidak nyaman, takut waswas
akan suatu hal dalam hidupnya, salah satunya adalah perasaan cemas.
Ada beberapa gejala tentang kecemasan menurut Morgan (1991) yaitu :
a. Gejala fisiologis : gemetar, tegang, nyeri otot, letih, tidak dapat santai, kelopak
mata bergetar, kening berkerut, muka tegang, tak dapat diam, mudah kaget,
berkeringat, jantung berdebar cepat, rasa dingin, telapak tangan lembab, mulut
kering, pusing, kepala terasa ringan, kesemutan, rasa mual, rasa aliran panas
dingin, sering kencing, diare, rasa tak enak di ulu hati, kerongkongan
tersumbat, muka merah dan pucat, denyut nadi dan nafas yang cepat waktu
istirahat.
b. Gejala psikologis : rasa khawatir yang berlebihan tentang hal-hal yang akan
datang, seperti cemas, khawatir, takut, berpikir berulang-ulang, membayangkan
akan datangnya kemalangan terhadap dirinya maupun orang lain, kewaspadaan
yang berlebih, diantaranya adalah mengamati lingkungan secara berlebihan
sehingga mengakibatkan perhatian mudah teralih, sulit konsentrasi, merasa
nyeri, dan sukar tidur.
Adapun gejala-gejala psikologis adanya kecemasan menghadapi
menopause bila ditinjau dari beberapa aspek, menurut Blackburn dan Davidson
(dalam Zainuddin, 2000) adalah sebagai berikut:
a. Suasana hati, yaitu keadaan yang menunjukan ketidaktenangan psikis, seperti:
mudah marah, persaaan sangat tegang.
b. Pikiran, yaitu keadaan pikiran yang tidak menentu, seperti : khawatir, sukar
konsentrasi, pikiran kosong, membesar-besarkan ancaman, memandang diri
sebagai sangat sensitif, merasa tidak berdaya,.
c. Motivasi, yaitu dorongan untuk mencapai sesuatu, seperti : menghindari
situasi, ketergantungan yang tinggi, ingin melarikan diri dari kenyataan.
d. Perilaku gelisah yaitu keadaan diri yang tidak terkendali seperti : gugup,
kewaspadaan yang berlebihan, sangat sensitif dan agitasi.
e. Reaksi-reaksi biologis yang tidak terkendali, seperti : berkeringat, gemetar,
pusing, berdebar-debar, mual, mulut kering.
Menurut Freud (dalam Hall, 1980), mengatakan tentang gejala-gejala
kecemasan yang dialami oleh individu biasanya mulutnya menjadi kering bernafas
lebih cepat, jantung berdenyut cepat.
Selain hal diatas Weekes (1992),
suatu masalah dan ditambah dengan adanya kerisauan terhadap hal-hal yang tidak jelas merupakan tanda-tanda kecemasan pada individu.
-Pendapat ahli lain Havary (1997), berpendapat bahwa kecemasan
merupakan reaksi psikis terhadap kondisi mental individu yang tertekan. Apabila
orang menyadari bahwa hal-hal yang tidak bisa berjalan dengan baik pada situasi
tertentu akan berakhir tidak enak maka mereka akan cemas. Kondisi-kondisi atau
situasi yang menekan akan memunculkan kecemasan.
-Dari uraian di atas diambil suatu kesimpulan bahwa kecemasan adalah
suatu kondisi psikologis individu yang berupa ketegangan, kegelisahan,
kekhawatiran sebagai reaksi terhadap adanya sesuatu yang bersifat mengancam.
b. Pengertian kecemasan menghadapi menopause. Burn (1988), bahwa
kebanyakan wanita menopause sering mengalami depresi dan kecemasan dimana
kecemasan yang muncul dapat menimbulkan insomnia atau tidak bisa tidur.
Setiap orang mempunyai keyakinan dan harapan yang berbeda-beda.
Karena perbedaan itu maka tidak ada dua orang yang akan memberikan reaksi
yang sama, meskipun tampaknya mereka seakan-akan bereaksi dengan cara yang
sama. Situasi yang membuat cemas adalah situasi yang mengandung masalah
tertentu yang akan memicu rasa cemas dalam diri seseorang dan tidak terjadi pada
orang lain. (Tallis, 1995)
Kartono (1992), mengemukakan perubahan-perubahan psikis yang terjadi
pada masa menopause akan menimbulkan sikap yang berbeda-beda antara lain
yaitu adanya suatu krisis yang dimanifestasikan dalam simtom-simtom psikologis
seperti: depresi, mudah tersinggung, dan mudah menjadi marah, dan diliputi
banyak kecemasan.
Adanya perubahan fisik yang terjadi sehubungan dengan menopause
mengandung arti yang lebih mendalam bagi kehidupan wanita. Berhentinya siklus
menstruasi dirasakan sebagai hilangnya sifat inti kewanitaannya karena sudah
tidak dapat melahirkan anak lagi. Akibat lebih jauh adalah timbulnya perasaan tak
berharga, tidak berarti dalam hidup sehingga muncul rasa khawatir akan adanya
kemungkinan bahwa orang-orang yang dicintainya berpaling dan
meningggalkannya. Perasaan itulah yang seringkali dirasakan wanita pada masa
menopause, sehingga sering menimbulkan kecemasan. (Muhammad,1981)
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kecemasan
menghadapi menopause adalah perasaan gelisah, khawatir dari adanya perubahanperubahan
fisik, sosial maupun seksual sehubungan dengan menopause.
2. Faktor penyebab kecemasan menghadapi menopause
Sebuah permasalahan yang muncul pasti ada yang melatarbelakanginya,
sehingga permasalahan itu timbul demikian juga kecemasan yang dialami oleh
seseorang, ada penyebab yang melatarbelakanginya.
Menurut Kartono (2000), kecemasan disebabkan oleh dorongan-dorongan
seksual yang tidak mendapatkan kepuasan dan terhambat, sehingga
mengakibatkan banyak konflik batin.
Menurut Hartoyo (2004), bahwa stressor pencetus kecemasan dapat
dikelompokkan menjadi dua yaitu:
a. Ancaman terhadap integritas fisik, meliputi ketidakmampuan fisiologis yang
akan datang atau menurunnya kapasitas untuk melakukan aktivitas hidup
sehari-hari.
b. Ancaman terhadap system diri, dapat membahayakan identitas, harga diri,
dan fungsi integritas sosial. Faktor internal dan eksternal dapat mengancam
harga diri. Faktor eksternal meliputi kehilangan nilai diri akibat kematian,
cerai, atau perubahan jabatan. Faktor internal meliputi kesulitan interpersonal
di rumah atau tempat kerja.
-Menurut Carpenito (1998), ada beberapa faktor yang berhubungan dengan
munculnya kecemasan yaitu :
a. Patofisiologis, yaitu setiap faktor yang berhubungan dengan kebutuhan dasar
manusia akan makanan, air, kenyamanan dan keamanan.
b. Situasional (orang dan lingkungan)
Berhubungan dengan ancaman konsep diri terhadap perubahan status, adanya
kegagalan, kehilangan benda yang dimiliki, dan kurang penghargaan dari orang
lain.
a). Berhubungan dengan kehilangan orang terdekat karena kematian,
perceraian, tekanan budaya, perpindahan, dan adanya perpisahan
sementara atau permanen.
b). Berhubungan dengan ancaman intergritas biologis : yaitu penyakit, terkena
penyakit mendadak, sekarat, dan penanganan-penanganan medis terhadap
sakit.
c). Berhungan dengan perubahan dalam lingkungannya misalnya :
pencemaran lingkungan, pensiun, dan bahaya terhadap keamanan.
d). Berhubungan dengan perubahan status sosial ekonomi, misalnya
pengangguran, pekerjaan baru, dan promosi jabatan.
e). Berhubungan dengan kecemasan orang lain terhadap individu.
Freud (dalam Hall, 1980), faktor yang mempengaruhi kecemasan adalah
lingkungan disekitar individu.dan menurut Priest (1987), bahwa sumber umum
dari kecemasan adalah pergaulan, usia yang bertambah, keguncangan rumah
tangga, dan adanya problem. Selain itu kecemasan juga ditimbulkan karena tidak
terpenuhinya kebutuhan seksual, atau frustasi karena tidak tercapainya apa yang
diingini baik material maupun sosial.
Menurut Tallis (1995), bahwa penyebab individu cemas adalah masalah
yang tidak bisa terselesaikan. Contoh masalah yang tidak dapat terselesaikan
adalah penuaan dan kematian. Menurut Dimyati (1990), mengatakan bahwa
kecemasan disebabkan oleh adanya keinginan-keinginan, kebutuhan, dan hal-hal
yang tidak disetujui oleh orang-orang disekitar, selain itu rangsangan emosi
merupakan reaksi terhadap kekecewaan terhadap frustasi. Sedangkan menurut
Freud (dalam Dimyati, 1990), bahwa penyebab kecemasan pada individu adalah
motif sosial dan motif seksual.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang
menyebabkan kecemasan menghadapi menopause adalah masalah yang tidak
terselesaikan, kekhawatiran terhadap sesuatu yang belum terjadi, adanya motif
sosial dan motif seksual.
3. Gejala-gejala kecemasan menghadapi menopause
Setiap individu pasti pernah merasakan perasaan tidak nyaman, takut waswas
akan suatu hal dalam hidupnya, salah satunya adalah perasaan cemas.
Ada beberapa gejala tentang kecemasan menurut Morgan (1991) yaitu :
a. Gejala fisiologis : gemetar, tegang, nyeri otot, letih, tidak dapat santai, kelopak
mata bergetar, kening berkerut, muka tegang, tak dapat diam, mudah kaget,
berkeringat, jantung berdebar cepat, rasa dingin, telapak tangan lembab, mulut
kering, pusing, kepala terasa ringan, kesemutan, rasa mual, rasa aliran panas
dingin, sering kencing, diare, rasa tak enak di ulu hati, kerongkongan
tersumbat, muka merah dan pucat, denyut nadi dan nafas yang cepat waktu
istirahat.
b. Gejala psikologis : rasa khawatir yang berlebihan tentang hal-hal yang akan
datang, seperti cemas, khawatir, takut, berpikir berulang-ulang, membayangkan
akan datangnya kemalangan terhadap dirinya maupun orang lain, kewaspadaan
yang berlebih, diantaranya adalah mengamati lingkungan secara berlebihan
sehingga mengakibatkan perhatian mudah teralih, sulit konsentrasi, merasa
nyeri, dan sukar tidur.
Adapun gejala-gejala psikologis adanya kecemasan menghadapi
menopause bila ditinjau dari beberapa aspek, menurut Blackburn dan Davidson
(dalam Zainuddin, 2000) adalah sebagai berikut:
a. Suasana hati, yaitu keadaan yang menunjukan ketidaktenangan psikis, seperti:
mudah marah, persaaan sangat tegang.
b. Pikiran, yaitu keadaan pikiran yang tidak menentu, seperti : khawatir, sukar
konsentrasi, pikiran kosong, membesar-besarkan ancaman, memandang diri
sebagai sangat sensitif, merasa tidak berdaya,.
c. Motivasi, yaitu dorongan untuk mencapai sesuatu, seperti : menghindari
situasi, ketergantungan yang tinggi, ingin melarikan diri dari kenyataan.
d. Perilaku gelisah yaitu keadaan diri yang tidak terkendali seperti : gugup,
kewaspadaan yang berlebihan, sangat sensitif dan agitasi.
e. Reaksi-reaksi biologis yang tidak terkendali, seperti : berkeringat, gemetar,
pusing, berdebar-debar, mual, mulut kering.
Menurut Freud (dalam Hall, 1980), mengatakan tentang gejala-gejala
kecemasan yang dialami oleh individu biasanya mulutnya menjadi kering bernafas
lebih cepat, jantung berdenyut cepat.
Selain hal diatas Weekes (1992),
menambahkan tentang gejala-gejala
kecemasan yang lain diantaranya adalah gelisah, adanya perasaan tidak berdaya,
tidak nyaman, insomnia, menarik diri, gangguan pola makan, komunikasi verbal
menurun, perasaan terancam atau ketakutan yang luar biasa, pikiran terpusat pada
gangguan fisiknya dan kesadaran diri menurun, merasa mual, banyak berkeringat,
gemetar dan seringkali diare.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan tentang gejala-gejala kecemasan
menghadapi menopause adalah suasana hati yang menunjukan ketidaktenangan
psikis, pikiran yang tidak menentu, motivasi untuk mencapai sesuatu, reaksireaksi
biologis yang tidak terkendali.
4. Periode terjadinya menopause
Wanita dilahirkan dengan sejumlah besar sel telur yang secara bertahap
akan habis terpakai. Ovarium tidak mampu membuat sel telur baru, sehingga
begitu sel telur yang dimiliki sejak lahir habis, maka ovulasi akan berhenti sama
sekali. Jadi terdapat semacam kekurangan hormon yang menyebabkan sebagian
besar masalah yang terjadi disekitar menopause atau yang berkembang
sesudahnya.
Muhammad (1981),
kecemasan yang lain diantaranya adalah gelisah, adanya perasaan tidak berdaya,
tidak nyaman, insomnia, menarik diri, gangguan pola makan, komunikasi verbal
menurun, perasaan terancam atau ketakutan yang luar biasa, pikiran terpusat pada
gangguan fisiknya dan kesadaran diri menurun, merasa mual, banyak berkeringat,
gemetar dan seringkali diare.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan tentang gejala-gejala kecemasan
menghadapi menopause adalah suasana hati yang menunjukan ketidaktenangan
psikis, pikiran yang tidak menentu, motivasi untuk mencapai sesuatu, reaksireaksi
biologis yang tidak terkendali.
4. Periode terjadinya menopause
Wanita dilahirkan dengan sejumlah besar sel telur yang secara bertahap
akan habis terpakai. Ovarium tidak mampu membuat sel telur baru, sehingga
begitu sel telur yang dimiliki sejak lahir habis, maka ovulasi akan berhenti sama
sekali. Jadi terdapat semacam kekurangan hormon yang menyebabkan sebagian
besar masalah yang terjadi disekitar menopause atau yang berkembang
sesudahnya.
Muhammad (1981),
menjelaskan bahwa pada suatu saat akan tiba
waktunya bagi sisa folikel sel telur yang berada pada indung telur mulai
menghilang. Saat ini tidaklah sama pada setiap wanita. Perubahan ini terjadi
secara mendadak, diantara umur 45 tahun dan 55 tahun. Ada transisi yang
bertahap dari masa kegiatan indung telur yang tidak ada lagi, ketika wanita itu
sudah mulai memasuki usia menopause
Terjadinya menopause dipicu oleh perubahan hormon dalam tubuh.
Dimana hormon merupakan suatu zat kimia yang dihasilkan oleh kelenjar-kelenjar
tertentu dalam tubuh (tidak semua kelenjar menghasilkan hormon), yang efeknya
mempengaruhi kerja alat-alat tubuh yang lain. Hormon yang dikeluarkan melalui
saluran terbuka keluar, tetepi langsung disalurkan ke dalam darah melalui
perembesan pada pembuluh-pembuluh darah yang ada disekitar kelenjar tersebut.
Seperti diketahui ada tiga macam hormon penting yang diproduksi oleh ovarium,
yaitu estrogen, progesteron, dan testotesron, dimana setelah mencapai menopause
hormon-hormon ini tidak diproduksi. (Sadli, 1987)
Estrogen dan progesteron pada wanita disebut hormon kelamin (sex
hormones). Esrtogen pada wanita menampilkan tanda-tanda kewanitaan, seperti
kulit halus, suara lemah lembut, payudara membesar. Dalam setiap bulan, kadar
estrogen dan progesteron bergelombang, bergantian naik turun. Gelombang itu
yang menyebabkan terjadinya haid pada wanita. Lain halnya dengan estrogen
yang hanya dihasilkan oleh indung telur selam persediaan sel tulur masih ada.
Tugas estrogen sebenarnya ialah mematangkan sel telur sebelum dikeluarkan.
Oleh karena itu selam estrogen masih ada, sel telur tetap akan diproduksi.
Kemudian setelah wanita berusia sekitar 45 tahun, ketika persediaan sel telur
habis, indung telur mulai menghentikan produksi estrogen akibatnya haid tidak
muncul lagi. Pada wanita tersebut menginjak masa menopause, yang berarti
berhentinya masa kesuburannya. (Sadli, 1987)
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa periode terjadinya
menopause ketika persediaan sel telur habis, indung telur mulai menghentikan
produksi estrogen akibatnya haid tidak muncul lagi. Pada wanita tersebut
menginjak masa menopause, yang berarti berhentinya masa kesuburannya.
waktunya bagi sisa folikel sel telur yang berada pada indung telur mulai
menghilang. Saat ini tidaklah sama pada setiap wanita. Perubahan ini terjadi
secara mendadak, diantara umur 45 tahun dan 55 tahun. Ada transisi yang
bertahap dari masa kegiatan indung telur yang tidak ada lagi, ketika wanita itu
sudah mulai memasuki usia menopause
Terjadinya menopause dipicu oleh perubahan hormon dalam tubuh.
Dimana hormon merupakan suatu zat kimia yang dihasilkan oleh kelenjar-kelenjar
tertentu dalam tubuh (tidak semua kelenjar menghasilkan hormon), yang efeknya
mempengaruhi kerja alat-alat tubuh yang lain. Hormon yang dikeluarkan melalui
saluran terbuka keluar, tetepi langsung disalurkan ke dalam darah melalui
perembesan pada pembuluh-pembuluh darah yang ada disekitar kelenjar tersebut.
Seperti diketahui ada tiga macam hormon penting yang diproduksi oleh ovarium,
yaitu estrogen, progesteron, dan testotesron, dimana setelah mencapai menopause
hormon-hormon ini tidak diproduksi. (Sadli, 1987)
Estrogen dan progesteron pada wanita disebut hormon kelamin (sex
hormones). Esrtogen pada wanita menampilkan tanda-tanda kewanitaan, seperti
kulit halus, suara lemah lembut, payudara membesar. Dalam setiap bulan, kadar
estrogen dan progesteron bergelombang, bergantian naik turun. Gelombang itu
yang menyebabkan terjadinya haid pada wanita. Lain halnya dengan estrogen
yang hanya dihasilkan oleh indung telur selam persediaan sel tulur masih ada.
Tugas estrogen sebenarnya ialah mematangkan sel telur sebelum dikeluarkan.
Oleh karena itu selam estrogen masih ada, sel telur tetap akan diproduksi.
Kemudian setelah wanita berusia sekitar 45 tahun, ketika persediaan sel telur
habis, indung telur mulai menghentikan produksi estrogen akibatnya haid tidak
muncul lagi. Pada wanita tersebut menginjak masa menopause, yang berarti
berhentinya masa kesuburannya. (Sadli, 1987)
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa periode terjadinya
menopause ketika persediaan sel telur habis, indung telur mulai menghentikan
produksi estrogen akibatnya haid tidak muncul lagi. Pada wanita tersebut
menginjak masa menopause, yang berarti berhentinya masa kesuburannya.
2.4.Masa Nenek-nenek
Dengan berhentinya fungsi reprduksi pada
seorang wanita itu bukan berarti keberhentian hidupnya. Jika fungsi keibuan
untuk melayani dan mengabdi pada species manusia itu sudah berhenti. Wanita
tersebut masih bisa melanjutkan fungsi keibuannya dengan jalan mencari
pengalaman-pengalaman individual yang baru. Pada masa ini wanita cenderung
masuk ke masa tua. Serta mengalami perubahan-perubahan fisik pada usia tua dan
mempengaruhi psikologis mereka.
BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Pertumbuhan dan perkembangan psikologi
pada manusia pada umumnya terbagi ke dalam cakupan-cakupan khusus. Yang
biasanya dibagi berdasarkan umur mulai dari masa bayi, kanak-kanak, anak-anak,
remaja, dewasa, sampai kepada lansia. Dalam makalah ini pembahasan lebih
ditekankan pada perkembangan masa dewasa. Yang didalamnya akan dibahas sub-sub
kategorinya, tugas-tugas perkembangannya, dan perubahan yang minat yang
terjadi. Setiap individu adalah unik dengan bakat dan potensinya masing-masing.
Individu adalah hasil interaksi dari nature dan nurture, menjadi dengan caranya
masing-masing. Lingkungan yang bijak akan mendukung kemungkinan seseorang untuk
menjadi walau tidak mutlak menjamin.
Wanita memiliki intuisi yang lebih tajam daripada pria. Intuisi adalah
kemampuan untuk ikut merasakan segala sesuatu yang tengah dialami oleh orang lain atau merasakan suatu peristiwa di luar dirinya sebagai hasil dari satu proses yang tidak disadari, dirasakan sebagai pengalaman sendiri.
Wanita memiliki intuisi yang lebih tajam daripada pria. Intuisi adalah
kemampuan untuk ikut merasakan segala sesuatu yang tengah dialami oleh orang lain atau merasakan suatu peristiwa di luar dirinya sebagai hasil dari satu proses yang tidak disadari, dirasakan sebagai pengalaman sendiri.
3.2.Saran
3.2.1. Bagi
penulis
Bagi penyusun makalah dapat dijadikan sebagai pengalaman dan perbandingan
antara teori yang di dapat dengan kasus nyata yang ada di lapangan.
3.2.2. Bagi
instansi pendidikan
Agar upaya lebih banyak menyediakan literatur yang berhubungan dengan
kasus sehingga memudahkan dalam penyusunan makalah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar